Melawan Pemanasan Global dengan Seni
KUTIPAN terkenal milik Mahatma Gandhi ini terpampang di salah
satu poster milik peserta acara "Campus Goes Green With Art", yang
diadakan 9 Februari lalu. Acara ini masih mengusung tema kepedulian terhadap
pemanasan global yang semakin meningkat.
Widdy Damayanti, yang menyertakan pernyataan Mahatma Gandhi
tersebut dalam posternya menjelaskan, apabila kita menyayangi bumi, bumi akan
lebih menyayangi kita. Ilustrasi yang dipakai cukup sederhana, yaitu gambar
seorang gadis yang dengan seenaknya menginjak bumi sehingga bumi menangis.
Namun ketika bumi dipeluk, dia tersenyum. "Apabila kita serakah, bumi akan
bersedih dan enggan bersahabat dengan kita," tulisnya di bawah poster
tersebut.
Acara yang digelar oleh mahasiswa Jurusan Hotel Manajemen
Sekolah Tinggi Pariwisata NHI ini memang ditujukan sebagai bentuk kepedulian
mahasiswa terhadap pemanasan global.
"Paru-paru Asia itu ada di Indonesia, namun ironisnya,
sering diberitakan hutan-hutan ditebang, dibakar. Di Bandung kemacetan juga
menjadi penyebab global warming. Mudah-mudahan dengan suara-suara yang kecil
ini, bisa ada manfaatnya," kata Prima Anggun Nansasti selaku panitia
acara.
Karena yang menjadi sasaran utama adalah kaum muda, acara pun
dikemas melalui acara yang memang diminati anak muda. Selain pameran digital
poster dan fotografi, musik menjadi alat penarik utama pengunjung. Digital
poster dan fotografi ini merupakan karya peserta lomba yang sengaja diadakan
mahasiswa NHI.
Di sela-sela acara, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) juga
sempat memberikan penjelasannya tentang global warming. "Suhu bumi makin
memanas karena manusia. Secara alami, sebenarnya pemanasan suhu itu wajar
terjadi. Namun, karena konsumsi manusia yang berlebih, suhu bumi jadi memanas
secara ekstrem," kata Sulung dari Walhi. Sulung menyarankan kepada peserta
acara untuk mengurangi konsumsi benda-benda elektronik
Digital poster berjudul Kartu Remi menjadi pemenang dari lomba
ini. Unik, karena justru di antara semua peserta, poster ini menggunakan konsep
yang sangat sederhana, dengan hanya menampilkan lambang keriting, sekop, hati,
dan tempe.
Bila disadari, lambang keriting pada kartu remi sangat
menyerupai pohon. "Oleh karena itu, lambang keritingnya saya buat seperti
batang pohon yang telah ditebang. Kata-kata di bawahnya saya pakai "no
tree no lives", menunjukkan, apabila tidak ada pohon di dunia ini, tidak
akan ada kehidupan di dunia," ujarnya dalam penjelasan yang tertulis di
bawah poster.
Sama seperti di dalam permainan kartu, apabila tidak ada pohon
(keriting), tidak akan ada permainan.
Sayangnya, justru yang terlihat lebih menonjol di acara ini
adalah pergelaran musik ketimbang kampanye melawan pemanasan global. Ketika
kampus menanyai beberapa peserta yang hadir, kebanyakan pengunjung yang datang
ke acara ini hanya ingin menonton pergelaran musik.
Sementara ketika ditanya mengenai tema acara, rata-rata hanya
menjawab, "Emang temanya apa?" tanya Dea, Putri, dan Ipang, yang
menjadi pengunjung sambil tertawa. Rupanya mereka datang hanya ingin menonton
penampilan Rocket Rockers, yang menjadi band penutup di acara ini. (Nisa
Rachmatika) ***
Penulis:
Back
Sumber : http://www.alpensteel.com
0 komentar:
Posting Komentar